Gong, Kempul dan Suwukan/Siyem


Gong merupakan instrumen yang digantung, berposisi vertikal. Bentuk gong bulat dan berukuran besar atau sedang. Di tengahnya terdapat bos pusat atau tonjolan, yang biasa ditabuh di bagian tengah-tengah bos pusatnya itu, dengan tabuh bundar berlapis kain.

Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.
Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.
Gong sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri (yaitu kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan.
Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing.
Dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya.


Ada dua macam gong:
- gong ageng (besar) dan
- gong suwukan atau gong siyem yang berukuran sedang.


Gong terbuat dari perunggu berbentuk bulat berongga dengan pencon (benjolan) di tengah. Gong ditata dengan cara digantung pada rancakan/ gayor. Ukuran suwukan / siyem lebih kecil dari gong, namun lebih besar dari kempul. Seperangkat gamelan  minimal terdapat dua buah suwukan. Suwukan bernada 2 dan 1 slendro. Kempul terbuat dari perunggu berbentuk bulat berongga dengan pencon (benjolan) di tengah. Kempul ditata dengan cara digantung pada rancakan / gayor. Ukuran kempul lebih kecil dari gong dan  suwukan.